Liputan6.com, Jakarta Lisbon, musim panas 2020, menjadi saksi bisu tangisan PSG di final Liga Champions. Kingsley Coman dan Bayern Munchen merampas mimpi mereka dengan satu gol pahit. Malam itu meninggalkan luka yang tak kunjung sembuh, menjadi pengingat betapa dekatnya mereka, tapi tetap tak tersentuh.
Lima tahun berlalu, PSG kembali berdiri di ambang singgasana. Kali ini, mereka tak sekadar ingin tampil cantik atau memberi perlawanan. Di Allianz Arena, Paris datang dengan satu misi: mengubur penantian panjang dan membawa pulang trofi pertama mereka.
Wajah-wajah muda mendominasi skuad, tapi tekad mereka sudah matang. Ini bukan lagi tentang bintang individu—ini tentang kebanggaan kolektif, tentang menebus masa lalu dan menulis babak baru bagi Kota Cahaya.